BAB
I
PENDAHULUAN
Sub Pokok Bahasan :
1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku Konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang
berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku
konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan
pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang
berharga jual tinggi (high-involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Pengertian
Perilaku Konsumen oleh para ahli sebagai berikut :
1. James F
Engel
Perilaku
konsumen di definisikan tindak-tindakan individu secara langsung terlibata
dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomi termasuk
proses pengambilan kepustusan yang mendahuli dan menentukan tindakan-tindakan
tersebut (1988:8)
2. David L
Loundon
Perilaku
konsumen dapat diDefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas
individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh,
menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang atau jasa (1984:6).
3. Gerald
Zaltman
Perilaku
konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial yang di lakukan
oleh individu, kelompok dan organisasi dan mendapatkan, menggunakan suatu
produk atau lainnya sebagai sutu akibat dari pengalaman dengan produk,
pelayanan dan dumber-sumber lainya. (1979:6)
Dari
beberapa Definisi tersebut di atas maka dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa
perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individum,
kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan
dalam mendapakan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonimi yang dafat di
pengaruhi linkungan.
1.2 Pemikiran yang Benar Tentang
Konsumen
1. Konsumen adalah
RAJA
2. Motivasi dan
perilaku konsumen dapat dimengerti melalui penelitian.
3. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui
kegiatan persuasif yang menghadapi konsumen secara serius sebagai pihak yang
berkuasa dan dengan maksud tertentu.
4. Bujukkan dan pengaruh konsumen memiliki hasil yang
menguntungkan secara sosial asalkan pengamanan hukum, etika, dan moral berada
pada tempatnya untuk mengekang upaya manipulasi.
Bila ke empat premis ini diabaikan,
konsekuensinya hampir selalu negatif. Kami memberikan contoh dari hasil
pemikiran yang benar maupun yang salah mengenai konsumen. Kami lebih jauh
mendemonstrasikan bahwa penelitian konsumen, bila ditanggapi dan ditafsirkan
dengan benar, memberikan masukan yang esensial untuk strategi pemasaran yang
baik dalam organisasi yang mencari laba maupun yang tidak mencari laba.
1.3 Penelitian
Konsumen Sebagai Suatu Bidang Yang Dinamis
Pendekatan dalam meneliti
perilaku konsumen
Terdapat tiga pendekatan utama dalam
meneliti perilaku konsumen :
Pendekatan pertama adalah
pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku
konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara
panjang dan focus group
discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen.
Pendekatan kedua adalah
pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu
psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu
sosiologi. Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan
metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen.
Pendekatan ketiga disebut sebagai
sains marketing yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan
mengembangkan dan menguji coba model matematika berdasarkan
hirarki kebutuhan manusia menurut Abraham
Maslow untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap
pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal dengan sebutan moving rate analysis.
Roda Analisis Konsumen
Roda analisis konsumen adalah
kerangka kerja yang digunakan marketer untuk meneliti, menganalisis, dan
memahami perilaku konsumen agar dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih
baik. Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi,
lingkungan, dan perilaku.
Afeksi dan kognisi
Elemen pertama adalah afeksi dan
kognisi. Afeksi merujuk
pada perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau
kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak. Kognisi mengacu
pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu
produk.
Manusia dapat merasakan empat
tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, mood, dan evaluasi.
Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat tipe
afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan
yang dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu
terhadap tubuh, misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernafasan,
keluarnya air mata, atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka
pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa.
Sistem kognisi terdiri dari lima
proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan
berpikir. Proses memahami adalah proses menginterpretasi atau menentukan arti
dari aspek tertentu yang terdapat dalam sebuah lingkungan.
mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah aspek dalam lingkungan tertentu
itu baik atau buruk, positif atau negatif, disukai atau tidak disukai.
Merencanakan berarti menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah untuk
mencapai suatu tujuan. Memilih berarti membandingkan alternatif solusi dari
sebuah masalah dan menentukan alternatif terbaik, sedangkan berpikir adalah
aktifitas kognisi yang terjadi dalam ke empat proses yang disebutkan
sebelumnya.
BAB II
SEGMENTASI PASAR DAN ANALISIS DEMOGRAFI
Sub Pokok Bahasan :
2.1 Segmentasi Pasar
Pengertian segmentasi pasar
Segmentasi pasar adalah pengelompokkan pasar menjadi kelompok-kelompok
konsumen yang homogen, dimana tiap kelompok (bagian) dapat dpilih sebagai pasar
yang dituju (ditargetkan) untuk pemasaran suatu produk. Agar segmentasi pasar
atau pengelompokkan pasar dapat berjalan dengan efektif maka harus memenuhi
syarat-syarat pengelompokkan pasar sebagai berikut :
1. Measurability, yaitu ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu pembeli harus dapat
diukur atau dapat didekati.
2. Accessibility, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dapat secara efektif
memusatkan (mengarahkan) usaha pemasarannya pada segmen yang telah dipilih.
3. Substantiability, yaitu segmen pasar harus cukup besar atau cukup
menguntungkan untuk dapat dipertimbangkan program-program pemasarannya.
3. Substantiability, yaitu segmen pasar harus cukup besar atau cukup
menguntungkan untuk dapat dipertimbangkan program-program pemasarannya.
Pada hakekatnya setiap perusahaan yang menjual barang dan jasa hendaknya perlu
melakukan segmentasi pasar (market segmentation). Lalu timbul suatu
pertanyaan. Apa definisi atau pengertian segmentasi pasar (market
segmentation)? dan apa pula tujuan segmentasi pasar (marketing
segmentation) itu? Morrison memberikan definisi atau pengertian tentang market
segmentation (segmentasi pasar) dengan mengatakansebagai berikut : “Market
segmentation is the division of the overall market for a service into groups
with common characteristics” Atau dalam terjemahan bebasnya (bahasa
Indonesia) dikatakan bahwa segmentasi pasar (market segmentation)
merupakan pembagian dari keseluruhan pasar untuk suatu pelayanan dalam
kelompok-kelompok dengan karakteristik umum. Segmentasi pasar (marketing
segmentation) merupakan suatu langkah awal pemasaran (marketing)
untuk membagi-bagi berbagai macam konsumen yang ada di pasar dan memilih salah
satu bagian dari segmen tersebut yang akan dijadikan target pemasaran (Marketing
Target).
2.1.1 Segmentasi dan Kepuasan Konsumen
Menurut
Philip Kotler dalam bukunya Principle of Marketing, kepuasan
konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah
perusahaan yang sesuai dengan harapannya. Kepercayaan konsumen merupakan hal
yang ingin di dapat setiap perusahaan dari para konsumennya.
Macam-macam atau Jenis kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen terbagi menjadi 2 :
a. Kepuasan Fungsional, merupakan
kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk. Misal : karena makan membuat perut kita
menjadi kenyang.
b. Kepuasan Psikologikal, merupakan
kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud. Misal : Perasaan bangga karena mendapat
pelayanan
yang sangat istimewa dari sebuah
rumah makan yang mewah.
2.1.2 Segmentasi dan Profitabilitas
Profitabilitas adalah
kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu keuntungan dan menyokong
pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun panjang. Profitabilitas perseroan
biasanya dilihat dari laporan laba / rugi perseroan (income statement) yang
menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan.
a. Tingkatkan efisiensi proses produksi
Proses produksi yang efisien
akan menghasilkan penghematan. Semakin berhemat, semakin rendah pula biaya
produksi. Dengan semakin rendahnya biaya produksi, maka margin keuntungan juga
semakin tinggi.
b. Fokus pada “Core Business” terpenting anda
Apakah anda sudah mengetahui
apa sebenarnya Core Business dimana anda harus memfokuskan waktu, energi dan
pikiran? Jika anda melenceng pada hal
yang tidak penting, maka yang sudah anda lakukan adalah pemoborsan sumberdaya
yaitu waktu.
c. Berdayakan orang – orang yang berdedikasi melalui
kepemimpinan
Manusia adalah sumberdaya
terpenting dalam organisasi. Semakin tinggi tingkat penghargaan anda pada aspek
manusia, semakin tinggi pula tingkat kemampuan untuk menciptakan keberhasilan
organisasi.
d.
Pertajam kecerdasan organisasi
Apakah organisasi anda merupakan organisasi yang
cerdas? Semakin cerdas organisasi, semakin tinggi pula kemampuan organisasi
anda dalam menavigasikan diri ke arah masa depan yang lebih baik.
e.
Kompensasi yang sesuai
Manusia ingin dihargai. Jika anda membayar lebih
rendah dibandingkan kemampuan dan usaha yang sudah mereka berikan bagi
organisasi anda, mereka akan merasa dirugikan. Maka sebaiknya anda jangan
berharap mereka akan memberi yang terbaik bagi organisasi anda.
2.1.3 Penggunaan Segmentasi Dalam Strategi
Pemasaran
Segmentasi pasar adalah strategi pemasaran yang membagi target pasar yang
luas ke dalam kelompok dari konsumen yang memiliki kebutuhan umum yang
sama. Tergantung pada karakteristik khusus dari produk, kelompok ini
dapat dibagi dengan kriteria seperti usia dan jenis kelamin, atau perbedaan
lain, seperti lokasi atau pendapatan. Kampanye pemasaran dapat dirancang dan
dilaksanakan untuk menargetkan segmen pelanggan tertentu.
Faktor penting lain yang harus diperhitungkan ketika mengembangkan strategi
pemasaran untuk konsumen adalah "segmentasi pasar". Segmentasi pasar
berarti membagi pelanggan potensial perusahaan ke dalam berbagai segmen atau
kelompok (misalnya, berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, lokasi, dll) dan
kemudian memfokuskan strategi pemasaran pada satu atau lebih kelompok-kelompok.
Bila menggunakan segmentasi pasar, penting untuk menentukan apa faktor-faktor
yang akan dipertimbangkan. Faktor-faktor yang disebut variabel segmentasi.
Variabel segmentasi perlu berhubungan dengan kebutuhan, penggunaan, atau
perilaku terhadap produk atau jasa. Sebagai contoh, produsen gitar akustik akan
paling mungkin segmen pasar berdasarkan usia, yaitu, strategi pemasaran mereka
akan dirancang untuk menarik dan mempengaruhi remaja.
Sumber daya dan
kemampuan perusahaan untuk menentukan jumlah dan ukuran segmen pasar yang
mereka dapat berharap untuk menarik dengan strategi pemasaran mereka. Jenis
produk dan layanan, serta variasi dalam kebutuhan pelanggan mereka, akan
memainkan peran dalam ukuran dan jumlah segmen pasar yang ditargetkan. Memilih
variabel segmentasi yang tepat adalah bagian penting dalam penargetan pasar
konsumen tertentu. Memilih variabel segmentasi yang tepat adalah bagian penting
dalam penargetan pasar konsumen tertentu.
Agar segmen
pasar dapat bermanfaat maka harus memenuhi beberapa karakteristik:
• Measurable : Ukuran, daya beli, dan profil segmen harus dapat diukur meskipun
ada beberapa variabel yang sulit diukur.
• Accessible : Segmen pasar harus dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
• Substantial : Segmen pasar harus cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani
• Differentiable : Segmen-segmen dapat dipisahkan secara konseptual dan
memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen-elemen dan bauran pemasaran
yang berbeda.
• Actionable : Program yang efektif dapat dibuat untuk menarik dan melayani
segmen-segmen yang bersangkutan.
Langkah dalam mengembangkan segmentasi yaitu:
1. Mensegmen pasar menggunakan variabel-variabel permintaan, seperti kebutuhan
konsumen, manfaat yang dicari, dan situasi pemakaian.
2. Mendeskripsikan segmen pasar yang diidentifikasikan dengan menggunakan
variabel-variabel yang dapat membantu perusahaan memahami cara melayani
kebutuhan konsumen tersebut dan cara berkomunikasi dengan konsumen.
2.2 Rencana
Perubahan
2.2.1 Analisis
Konsumen dan Kebijakan Sosial
Analisis konsumen berguna untuk melihat bagaimana
konsumen mengambil keputusan dan peran pemasaran di dalamnya.
Proses pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang
mengalami berbagai tahap, yaitu :
1. Analisis Kebutuhan
2. Pencarian Informasi
3. Evaluasi Alternatif
4. Keputusan Pembelian
5. Sikap Paska Pembelian
Analisis
Kebijakan Sosial
Analisis kebijakan (policy analysis)
dapat dibedakan dengan pembuatan atau pengembangan kebijakan. Analisis
kebijakan tidak mencakup pembuatan proposal perumusan kebijakan yang akan
datang. Analisis kebijakan lebih menekankan pada penelaahan kebijakan yang
sudah ada. Sementara itu, pengembangan kebijakan lebih difokuskan pada proses
pembuatan proposal perumusan kebijakan yang baru.
Namun
demikian, baik analisis kebijakan maupun pengembangan kebijakan, keduanya
memfokuskan pada konsekuensi kebijakan. Analisis kebijakan mengkaji kebijakan
yang telah berjalan. Sedangkan pengembangan kebijakan, memberi petunjuk bagi
pembuatan atau perumusan kebijakan yang baru.
Dengan
demikian, maka dapat disimpulkan bahwa analisis kebijakan sosial adalah usaha
terencana yang berkaitan dengan pemberian penjelasan (exolanation) dan
preskripsi atau rekomendasi terhadap konsekuensi – konsekuensi kebijakan sosial
yang telah diterapkan.
BAB III
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
OLEH KONSUMEN
Sub Pokok Bahasan :
3.1 Model Proses Pengambilan
Keputusan
Model Perilaku Pengambilan keputusan
1. Model Ekonomi, yang dikemukakan
oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional, yaitu berusaha
mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk
memperoleh keuntungan maksimum
2. Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh
Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi
tetapi cukup keuntungan yang memuaskan
3. Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh
Jennings, dimana perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu
bergerak bebas mengambil keputusan
4. Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh
W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam
pengambilan keputusan
5. Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh
Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif
6. Model Sosial, Dikemukakan
oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang sering tidak rasional dalam mengambil
keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
7. Model Preskriptif dan Deskriptif
Fisher mengemukakan bahwa pada
hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
Model Preskriptif
Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan
bagaimana kelompok seharusnya mengambil keputusan
Model Deskriptif
Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil
keputusan tertentu
Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal
sedangkan model deskriptif berdasarkan pada realitas observasi.
3.2 Tipe – Tipe
Proses Pengambilan Keputusan
Tipe Pengambilan
keputusan ( Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam pemilihan
alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi
dalam 3 tipe :
1.
Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan
yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi
dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Co:/ keputusan pemesanan barang,
keputusan penagihan piutang,dll.
2.
Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur :
keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan
sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan
membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli
sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
3.
Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur :
keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan
ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan
tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya
berasal dari lingkungan luar.
3.3 Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah
1.
Trial & error :
Coba dan salah. Cara ini merupakan metode yang paling rendah tingkatannya,
dilakukan oleh orang yang belum pernah mengalami/ mengenal dan belum tahu sama
sekali. Dalam keperawatan ini sangat berbahaya dan tidak boleh dilakukan.
Contohnya : ada klien panas, dicoba diurut, dicoba diberi makan, dicoba ditiup,
tdk berhasil dicoba diberi minum, dibuka baju, diberi kompres sampai berhasil
panasnya turun, dll.
2.
Intuisi :
penyelesaian masalah dengan intuisi atau naluri/ bisikan hati. Penyelesaian
dengan cara ini kurang dianjurkan dalam metode ilmiah, karena tidak mempunyai
dasar ilmiah. Kadang-kadang metode ini juga dapat memberikan jalan
keluar bila intuisi ini berdasarkan analisis atau pengalaman, dan pengetahuan
yang dimiliki.
3.
Nursing process :
Proses keperawatan merupakan suatu langkah penyelesaian masalah yang sistematis
dan didukung oleh rasionalisasi secara ilmiah meliputi : pengkajian,
perencanaan, implementasi dan evaluasi yang merupakan suatu siklus untuk
mengatasi masalah yang terjadi pada klien.
4.
Scientifik
methode/Research Process : Proses riset/ penelitian merupakan suatu
penyelesaian masalah berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan logika,
dengan pendekatan yang sistematis.
3.4 Diagnosa
Perilaku Konsumen
Dalam pengambilan keputusan
meliputi lima tahap :
1. Penetapan masalah
2) Pencarian informasi
3) Evaluasi terhadap pilihan
4) Pemilihan
5) Hasil dari pilihan
Langkah-langkah berikut ini dapat
ditransformasikan ke dalam tahap-tahap keterlibatan konsumen dalam pengambilan
keputusan yang komplek :
1) Need Aurosal
2) Proses informasi konsumen
3) Evaluasi Merek
4) Pembelian
5) Evaluasi sesudah pembelian
Pengambilan keputusan yang
komplek seringnya untuk produk berkategori :
• Barang dengan harga tinggi
• Barang yang mempunyai resiko penampilan seperti mobil dan produk medis
• Barang yang kompleks seperti komputer
• Barang special seperti peralatan olah raga, perabot
• Barang yang berhubungan dengan ego seseorang seperti pakaian, kosmetik
BAB IV
EVALUASI
ALTERNATIF SEBELUM PEMBELIAN
Sub Pokok Bahasan
:
4.1 Kriteria
Evaluasi
Kriteria evaluasi berisi dimensi
atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternative – alternative
pilihan , Kriteria alternative dapat muncul dalam berbagai bentuk , misalnya
dalam membeli mobil seorang konsumen mungkin mempertimbangkan kriteria ,
keselamatan , kenyamanan , harga , merek , negara asal ( country of origin )
dan juga spek hedonik seperti gengsi , kebahagian , kesenangan dan sebagainya .
Beberapa kriteria evaluasi yang umum adalah :
1.Harga
Harga menentukan pemilihan alternative.Konsumen
cenderung akan memilih harga yang murah untuk suatu produk yang ia tahu
spesifikasinya.
2. Nama Merek
Merek terbukti menjadi determinan dalam setiap pembelian . nampaknya merek
merupakan pengganti dari mutu dan spesifikasi produk.
3.Negara Asal
Negara asal dimana produk di hasilkan menjadi
pertimbangan penting dikalangan konsumen negara asal sering mencitrakan
kualitas produk.
4. Saliensi ( Atribut yang mencolok )
Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa kriteria
evaluasi kerap berbeda dengan pengaruhnya untuk konsumen yang berbeda dan juga
produk yang bebeda.
4.2 Menentukan
Alternatif Piliihan
Keputusan untuk membeli yang diambil
oleh pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap
keputusan membeli mempunyai beberapa komponen:
1. Keputusan
tentang jenis produk ,
2. Keputusan
tentang bentuk produk ,
3. Keputusan
tentang merk ,
4. Keputusan
tentang penjualnya ,
5. Keputusan
tentang jumlah produk ,
6. Keputusan
tentang waktu pembelian ,dan
7. Keputusan
tentang cara pembayaran ,
Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah
konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan menentukan alternatif yang ada untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Setelah kriteria yang akan menjadi
alterlatif pilihan ditentukan barulah konsumen menentukan alternative produk
yang menjadi pilihan.
4.3 Menaksir
Alternatif Pilihan
Jika Anda membeli komputer notebook, Anda mungkin akan
membuat perbandingan langsung seluruh merek pada fitur-fitur seperti harga,
berat, dan kejelasan tampilan. Penilaian perbandingan ini mungkin tidak
sepenuhnya akurat.
a. Akurasi penilaian individu
penelitian
menunjukkan individu yang biasanya tidak memperhatikan perbedaan yang relatif
kecil antara merek atau perubahan atribut merek. Selain itu, kompleksitas
banyak produk dan jasa serta fakta bahwa beberapa aspek kinerja dapat dinilai
hanya setelah digunakan luas membuat perbandingan merek akurat sulit.
b. Penggunaan
Indikator pengganti
Secara umum, indikator pengganti beroperasi lebih kuat ketika konsumen
tidak memiliki keahlian untuk membuat penilaian informasi sendiri, ketika
konsumen motivasi atau kepentingan dalam keputusan rendah, dan ketika kualitas
informasi terkait lainnya yang kurang
c. Pentingnya relatif dan Pengaruh
Kriteria evaluative
Pentingnya kriteria evaluatif bervariasi antara individu dan juga di dalam
individu yang sama dari waktu ke waktu. Penggunaan
situasi, konteks Kompetitif-Secara umum, efek Iklan.
d. Kriteria evaluatif, Hukum
Individu, dan Strategi Pemasaran
4.4 Menyeleksi Aturan Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan yang terdiri dari 5 tahap
yaitu :
1. Menganalisis
keinginan dan kebutuhan
2. Pencarian
informasi
3. Penilaian dan
pemilihan alternative
4. Keputusan untuk
membeli
5 Perilaku
sesudah pembelian
Situasi
pembelian berkaitan dengan:
Pertama : Lingkungan
di dalam toko seperti ketersediaan produk, perubahan harga, dan kemudahan
belanja dengan pilihan berbelanja.
Kedua : Situasi berkaitan dengan apakah
produk yang di beli untuk hadiah atau untuk diri nya sendiri. Konsumen biasanya
menggunakan criteria yang berbeda dan mungkin memilih merk yang berbeda dan
mungkin memilih merk berbeda jika ia membeli untuk dirinya sendiri.
Ketiga : Situasi pembelian berkaitan dengan
keadaan mood konsumen ketika berbelanja. Keadaan senang atau keadaan susah mempengaruhi
pemrosesan dan pencarian informasi tentang produk.
BAB V
PEMBELIAN
Sub Pokok
Bahasan :
5.1 Proses
Keputusan Membeli
Menurut
(Kotler, 2000:204) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan
membeli melewati lima tahap, yaitu:
a. Pengenalan masalah
Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali
adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata
dan keadaan yang diinginkan.
b. Pencarian informasi
Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi
tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat
memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila
tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan
pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut.
c. Evaluasi alternatif
Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan
informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar
tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen.
d. Keputusan membeli
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk
membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang
paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan
keputusan untuk membeli.
e. Tingkah laku pasca pembelian
Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih
lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang
menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak
pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari
produk. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila
memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan
merasa puas.
5.2 Memilih Alternatif Terbaik
Terjadinya transaksi pembelian
(dipandang dari sisi pemasaran) yaitu :
Pembelian yang direncanakan: biasanya
terjadi berdasarkan kebutuhan, artinya si konsumen memang membutuhkan
barang-barang tertentu.
Dalam hal pembelian yang telah direncanakan, biasanya konsumen telah
memiliki pengetahuan yang lengkap tentang produk yang hendak mereka beli.
Misalnya pengetahuan tentang merek, tentang harga, kemasan, keandalan,
pelayanan dan lain sebagainya. Perhatian utamanya adalah pada barang-barang
yang biasa atau terbiasa dia konsumsi/gunakan kecuali ada rangsangan-rangsangan
tertentu dari produk substitusi sehingga si konsumen melihat manfaat lebih dari
produk substitusi tersebut.
Pembelian yang tidak
direncanakan : terjadi karena konsumen melihat atau
merasakan manfaat lain dari manfaat utama produk yang mereka beli.
Lalu faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi pembelian tidak direncanakan ?
Pertama adalah lingkungan
fisik atau pengetahuan konsumen tentang toko, supermarket atau mall dimana si
konsumen beraktifitas: mencakup pilihan lokasi , tata letak (layout)
rak pajangan. Pemilihan lokasi yang tepat, lahan parkir yang luas, kemudahan
akses dari dan ke toko/supermarket/mall, termasuk juga keamanan lokasi sangat
menentukan apakah konsumen mau berkunjung ke toko Anda atau tidak. Lokasi yang
“sempit”, atau mau parkir saja mesti putar-putar tiga atau empat kali, atau
tidak ada akses kendaraan umum dari dan ke lokasi, atau udara yang sumpek dan
panas, tentu saja menjadikan toko Anda alternatif terakhir untuk dikunjungi.
(masih termasuk lingkungan fisik) adalah pengaturan (tataletak) rak display dan
penempatan produk. Aturlah rak-rak display Anda sedemikian sehingga terkesan
rapi sehingga konsumen akan merasa nyaman berjalan di lorong-lorong diantara
rak. Demikian juga dengan barang-barang yang dipajang di rak. Pengelompokan
produk sangat dianjurkan dan diatur sedemikian sehingga konsumen mudah untuk
mencarinya, dan bila perlu, beri informasi-informasi yang lebih memudahkan
konsumen seperti petunjuk letak barang. Sebisa mungkin hindari penempatan
barang ditengah-tengah lorong yang memberi kesan semrawut. Ingat, kecuali
membeli barang, konsumen juga sedang membeli kenyamanan.
Lingkungan fisik atau pengetahuan konsumen
tentang toko/supermarket Anda adalah faktor yang paling krusial. Mengapa ?
Karena dengan mempersiapkan lingkungan fisik toko/supermarket Anda sebaik
mungkin, maka bukan hanya pembelian yang tidak direncanakan yang dapat Anda
jaring, tetapi bahkan konsumen yang sudah merencanakan membeli produk
tertentupun dengan senang hati akan berbelanja di toko/supermarket Anda.
Faktor kedua adalah masalah
waktu. Ketersediaan waktu juga mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan
melakukan pembelian. Jika mereka tidak mempunyai cukup banyak waktu, maka
mereka akan mengurangi waktu untuk pencarian informasi.
Penggunaan informasi yang tersedia juga akan
menurun, dan informasi negatif atau yang tidak menguntungkan turut pula
dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan akibat adanya tekanan waktu,
sehingga mereka hanya akan melakukan pembelian yang telah direncanakan saja.
Sebaliknya bagi konsumen yang mempunyai waktu mencukupi akan melakukan
pencarian informasi dan mengolahnya dengan baik sehingga diharapkan dapat
memunculkan keinginan pembelian barang yang tidak direncanakannya. Namun
pembelian yang tidak direncanakan yang dilakukan konsumen terlebih dahulu
mempertimbangkan kebutuhan, nilai dan ketertarikannya pada produk yang akan
dibeli.
Faktor ketiga adalah adanya
rangsangan-rangsangan tertentu yang “sengaja” diciptakan oleh para pemasar
sehingga konsumen melakukan pembelian yang tidak direncanakan, bahkan
seringkali tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan ketertarikannya pada barang
yang dibeli. Rangsangan itu dapat berupa potongan
pembelian, gift, gimmick, promo, launching produk baru (atau yang diperbarui),
obral, dan seterusnya. Belanja merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi
sebagian orang, karena belanja bukan saja aktivitas jual beli saja, namun juga
merupakan salah satu kegiatan rekreasi pada masyarakat dewasa ini.
5.3 Memilih
Sumber – Sumber Pembelian
Sumber-Sumber Pembelian Intern :
1. Motivasi
merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara
untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik,
kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa
lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat
psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisologis tertentu, seperti
kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. Seperti
yang diterangkan oleh teori Robert Maslow: Dimulai dengan kebutuhan-kebutuhan
fisiologis (lapar, haus), disusul kebutuhan-kebutuhan keselamatan (perasaan
aman, perlindungan), kemudian kebutuhan-kebutuhan sosial (perasaan menjadi
anggota lingkungan dan dicintai), selanjutnya kebutuhan-kebutuhan untuk
dihargai (harga diri, pengakuan, status) dan mengkerucut ke kebutuhan-kebutuhan
pernyataan diri (pengembangan dan perwujudan diri).
2. Belajar
Proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan
informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Sewaktu
orang berbuat, mereka belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku
seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Melalui perbuatan dan
belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap. Kepercayaan adalah gagasan
deskriptif yang dianut oleh seseorang tentang sesuatu. Sebuah sikap,
menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan-perasaan
emosional dan kecenderungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu
terhadap beberapa obyek atau gagasan.
3. Kepribadian
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur,
tahapan daur hidup,pekerjaan,situasi ekonomi,gaya hidup,serta kepribadian dan
konsep diri pembeli.Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup
keluarga.Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa ang dibelinya.Situasi ekonomi
seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk.
Sumber-sumber
Pembelian ekstern :
1. Kebudayaan
faktor budaya adalah salah satu pengaruh yang paling berdampak luas dalam
perilaku konsumen.
Contohnya saja seorang konsumen yang sudah sangat cinta dengan kebudayaan
bangsanya,sehingga ia selalu menggunakan prodak dalam negeri dan tidak mau
menggunakan prodak luar.memang tidak semua konsumen seperti itu,masih terdapat
konsumen-konsumen yang tidak mempunyai jiwa kebudayaan yang melekat utuh
didalam dirinya,sehingga ia masih dengan mudah terpengaruh oleh kebudayaan
asing,dan menggunakan produk-produk dari luar.
2. Kelompok
Sosial dan Refrensi
Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat dari orang sekitas dan lingkungannya
tentang produk apa yang harus dibeli.
Faktor Sosial
terdiri dari 3 bagian, yaitu :
- Kelompok acuan : semua kelompok yang memilki pengaruh langsung terhadap sikap
/ prilaku seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok maka
konsumen dapat membuat keputusan konsumsi.
- Keluarga sebagai organisasi pembelian konsumen
yang paling penting juga berpengaruh secara langsung terhadap keputusan
seseorang dalam membeli barang sehari-hari.
- Peran : meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan seseorang. Suatu
produk atau merk dapat menggambarkan peran dan status pamakainya.
3. Keluarga
Keluarga adalah
organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan
pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi.
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub,
organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan
dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan
penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.
Para anggota keluarga dapat mempengaruhi dengan kuat terhadap perilaku membeli.
Kita dapat membedakan dua maaca keluarga dalam kehidupan pembeli. Pertama,
keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari orangtua. Kedua, keluarga
sebagai sumber keturunan.